Powered By Blogger

Jumat, 20 Januari 2012

DESA ADAT TENGANAN - KARANGASEM.


Desa Tenganan adalah desa yang sangat tradisional, karena dapat bertahan dari arus perubahan jaman yang sangat cepat dari pengaruh teknologi, seperti kita ketahui tempat – tempat wisata di bali berkembang pesat seperti Pantai Kuta, Pantai Sanur, yang sangat meriah dengan kehadiran Hotel, Pantai, CafĂ©, dan kehidupan malamnya. desa ini juga sering disebut dengan desa Bali Age. desa Tenganan tidak terpengaruh oleh arus teknologi karena peraturan desa adat /awig-awig mempunyai peranan yang sangat penting terhadap masyarakat Desa Tenganan. Desa Tenganan terletak di Kabupaten Karangasem. Luas area desa sekitar 1.500 hektar.

Di desa ini keturunan juga dipertahankan, dengan sebagian besar warganya menikah antar sesama warga desa saja. Oleh karena itu Desa Tenganan tetap tradisional dan eksotik. Tenganan banyak yang menjual hasil kerajinan tangannya ke turis. Seperti Anyaman bambu, ukir-ukiran, lukisan mini yang diukir diatas daun lontar yang sudah dibakar, dan ada 1 kerajinan tangan yang paling terkenal yaitu kain geringsing. Kain ini sangatlah unik karena warna – warna yang terdapat dikain gringsing ini berasal dari tumbuh-tumbuhan dan memerlukan perlakuan khusus. Pengerjaannya juga memerlukan waktu yang cukup lama.

Para penduduk desa sangat ramah dan bersahabat. Kita dapat berkeliling areal desa dan menyaksikan aktivitas mereka sehari hari. Saat yang paling tepat pada saat sore hari, karena pada sore hari biasanya penduduk desa Tenganan berkumpul di depan rumahnya masing-masing, pada saat ini kita dapat menyaksikan dan melihat tingkah laku dan adat budaya tradisional mereka yang amat kental. Maka tak heran,saat berada di desa ini kita merasakan suasana yang aman dan damai, dengan suasana yang begitu eksotik. Namun tak cukup sampai di sana, ada 1 budaya yang unik di desa Tenganan. yaitu Perang Pandan.

Perang Pandan atau mekara - kare adalah tradisi perang yang dilaksanakan setahun sekali oleh para penduduk desa Tenganan. Tradisi ini adalah bagia dari ritual pemujaan masyarakat Tenganan kepada Dewa Indra yang berhasil menaklukan Raja Keji yang bernama Maya Denawa. Tradisi ini berlangsung sekitar bulan Juni, Perang pandan diawali dengan ritual upacara mengelilingi desa untuk memohon keselamatan. setelah itu barulah perang pandan akan di mulai.


"Perang" diantara dua kelompok itu diawasi oleh seorang wasit yang memimpin pertandingan tersebut, setiap peserta bersenjatkan daun pandan berduri ditangan kanan, dan tameng di tangan  kirinya. Dalam perang ini diiringi oleh Gending Mekara-kara yang membuat para laki-laki itu tidak peduli terhadap rasa sakit yang dialaminya. Uniknya, dalam "perang" itu tidak ada satu pun rasa dendam dan luapan emosi untuk membalas atas luka yang diderita. Begitu perang pandan berakhir, para pemuda yang semula saling melukai, justru tertawa-tawa dan saling berangkulan dengan lawannya pada saat perang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar